美好的日子读书在国立中山大学

Sinar matahari yang panas, desir ombak di pantai, hutan dan monyet gunung adalah hal sehari-hari yang saya temui sejak tinggal di Sizihwan 西子灣, Kaohsiung, untuk melanjutkan pendidikan saya di National Sun Yat Sen University 國立中山大學 atau disingkat sebagai NSYSU.

Cuaca panas di NSYSU, dan seorang kakak kelas yang baru wisuda.

Di Taiwan, saya belajar banyak hal-hal menarik tidak hanya dalam kelas, melainkan juga dari kehidupan langsung. Misal, untuk pinyin, Taiwan menggunakan system tongyong pinyin, bukan Hanyu Pinyin. Tongyong pinyin adalah pinyin ciptaan Yu Bor-chuan。 Itu sebabnya ketika saya menulis 西子灣, saya tidak menulisnya sebagai Xiziwan(Hanyu Pinyin), tetapi Sizihwan(Tongyong pinyin). Nama tempat, seperti kota Kaohsiung-高雄,Taipei 台北, juga salah satu contoh Tongyong pinyin. Sebelum Tongyong Pinyin, Taiwan menggunakan Wade-Giles pinyin pada abad ke 18. Berikut contoh perbedaan ketiga pinyin tersebut:

Wade–Giles chih chʻih shih jih tzŭ tzʻŭ ssŭ
Tongyòng Pinyin jhih chih shih rih zih cih sih
Hànyǔ Pīnyīn zhi chi shi ri zi ci si

 

Bahasa termasuk pembentuk identitas negara yang penting. Misalnya, saat mendarat di bandara Kaohsiung, kodenya adalah KHH, tidak mungkin dengan hanyu pinyin Gāoxióng. Itu sebabnya untuk menghargai negara tersebut, penting bagi kita untuk sebisa mungkin menggunakan bahasa dan aksen khas negara tersebut saat mengunjungi negara tersebut.

 

Dalam pelajaran di kelas, saya mengambil jurusan Asia Pasific, dengan konsentrasi penjurusan pada politik. Dalam jurusan Asia Pasific, saya mempelajari tentang negara-negara asia pasifik (Jepang, Korea, Mainland China, dst), keadaan politik domestik negara-negara tersebut maupun hubungan internasional negara tersebut terhadap negara lain. Disini, saya dan teman-teman di kelas diajak menganalisis apakah kebijakan luar negeri suatu negara akan sukes atau gagal? Bagaimana cara membuat kebijakan yang efektif?

Selain bergaul dengan teman-teman lokal Taiwan yang baik, saya juga dapat berteman dengan siswa dari Mainland China, Hongkong, Rusia dan Perancis. Bahkan, ada salah satu teman saya dari Mainland China yang bersuku Uyghur, dari Xinjiang. Berdiskusi dan belajar bersama teman-teman yang memiliki kultur berbeda memperkaya pandangan dan wawasan saya.

                Berikut adalah salah satu foto kegiatan saya di kelas Japanese Politic, bersama Proffesor Guo Yu Ren (Taiwan, NSYSU) dan Professor undangan dari Jepang, Prof.Watanabe Masahito (Hokkaido University).  Beberapa professor disini dapat dibilang multidisipliner, selain sebagai pengajar, juga menjadi peneliti di pemerintahan. Hal ini sangat menarik, karena kami tidak hanya belajar teori-teori analisis kebijakan publik, melainkan mendapat sharing pengalaman langsung dari kacamata seseorang yang mendesain kebijakan.

 

Saya sangat senang belajar di NSYSU, Taiwan. Satu yang selalu menjadi prinsip saya saat ‘menyerap’ pembelajaran di Taiwan: be more local everyday!  Belajar tidak hanya dengan professor di kelas, melainkan juga berdiskusi dan jalan-jalan bersama teman Taiwan, dan bahkan langsung berinteraksi dengan masyarakat lokal Taiwan (bahkan dengan tukang buah, polisi, staff dorm, supir taksi). Pengalaman saya selama di Taiwan sangat memberi warna dalam hidup saya!

Ditulis oleh: Tiara Cornelia